Kawan kawan, segala sesuatu yang berkaitan dengan masa
yang akan datang sebaiknya dikaitkan dengan insya Allah (kehendak
Allah), karena Allah berfirman,
“Dan jangan sekali-kali kamu
mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya kau akan
mengerjakan itu besok pagi’, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya-Allah’. Dan
ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah, ‘Mudah-mudahan Tuhanku
akan memberi petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini’.”
(QS. Al-Kahfi: 23-24)
Adapun
sesuatu yang telah terjadi tidak perlu dikaitkan dengan kehendak Allah, kecuali
jika maksudnya untuk beralasan.
Misalnya,
jika ada seseorang berkata kepadamu bahwa bulan Ramadhan tahun ini dimulai pada
malam Ahad insya Allah. Maka sebenarnya kita tidak perlu mengucapkan insya
Allah, karena Ramadhan telah berlalu dan sudah diketahui. Jika seseorang
berkata,
“Kamu
memakai pakaianku insyaAllah” sedangkan dia memang memakainya, maka sebaiknya
tidak perlu mengucapkan insyaAllah, karena itu sesuatu yang telah berlalu dan
selesai, kecuali jika tujuannya adalah untuk beralasan atau dia memakainya atas
kehendak Allah, maka ini tidak apa-apa.
Jika
seseorang berkata ketika sudah selesai shalat, “Saya sudah shalat insya Allah”,
jika dia bermaksud tindakan shalatnya, maka sebenarnya tidak perlu karena dia
telah melaksanakannya, tetapi jika yang dia maksudkan adalah shalat yang
makbul, maka sah-sah saja dia mengatakan insya Allah, karena dia tidak tahu
apakah shalatnya diterima atau tidak diterima.
Sumber: Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa
Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul
Falah, 2007.
0 komentar:
Posting Komentar