Murottal Al-Qur'an Surat Al Fajr - Qori Idris Al Hasyimi Beserta Terjamah Dalam Bahasa Indonesia



AL-FAJR
(Fajar)

MUQADDIMAH

Surat ini terdiri atas 30 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al-Lail. Nama “Al-Fajr” diambil dari kata “Al-Fajr” yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya “fajar”.

Pokok-pokok isinya:

Allah bersumpah bahwa azab terhadap orang-orang kafir tidak akan dapat dielakkan; beberapa contoh dari umat-umat yang sudah dibinasakan; kenikmatan hidup atau bencana yang dialami oleh seseorang, bukanlah tanda penghormatan atau penghinaan Allah kepadanya, melainkan cobaan belaka; celaan terhadap orang orang yang tidak mau memelihara anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin; kecaman terhadap orang yang memakan harta warisan dengan campur aduk dari orang yang amat mencintai harta; malapetaka yang dihadapi orang-orang kafir di hari kiamat; orang-orang yang berjiwa muthmainnah (tenang) mendapat kemuliaan di sisi Allah.

سورة الفجر
(FAJAR)
Surat ke 89 : 30 ayat

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

MEREKA YANG MENENTANG NABI MUHAMMAD SHALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM PASTI BINASA SEPERTI UMAT-UMAT DAHULU YANG MENENTANG RASULNYA.

وَالْفَجْرِ
1. Demi fajar,

وَلَيَالٍ عَشْرٍ
2. dan malam yang sepuluh[1],

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
3. dan yang genap dan yang ganjil,

وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
4. dan malam bila berlalu.

هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِّذِي حِجْرٍ
5. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ
6. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ’Aad?,

إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ
7. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi[2],

الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ
8. yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,

وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ
9. dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah[3],

وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ
10. dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),

الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلاَدِ
11. yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,

فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ
12. lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ
13. karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab,

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
14. sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.

KEKAYAAN DAN KEMISKINAN ADALAH UJIAN TUHAN BAGI HAMBA-HAMBANYA.

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلاَهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”.

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلاَهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”[4].

كَلاَّ بَل لاَّ تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim[5],

وَلاَ تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
18. dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,

وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلاً لَّمًّا
19. dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil),

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
20. dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.

PENYESALAN MANUSIA YANG TENGGELAM DALAM KEHIDUPAN DUNIAWI DI HARI KIAMAT.

كَلاَّ إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا
21. Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut,

وَجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
22. dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris.

وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى
23. dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.

يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
24. Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shaleh) untuk hidupku ini.”

فَيَوْمَئِذٍ لاَّ يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ
25. Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya[6],

وَلاَ يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ
26. dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya.

PENGHARGAAN ALLAH TERHADAP MANUSIA YANG SEMPURNA IMANNYA.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
27. Hai jiwa yang tenang.

ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
29. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,

وَادْخُلِي جَنَّتِي
30. dan masuklah ke dalam surga-Ku.

PENUTUP

Surat Al Fajr mengemukakan contoh umat yang ditimpa azab dan beberapa sifat manusia yang tercela, serta menegaskan kemuliaan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang yang berjiwa tenang.

HUBUNGAN SURAT AL-FAJR DENGAN SURAT AL-BALAD:

1.      Dalam surat Al-Fajr terdapat celaan kepada orang yang amat mencintai harta, yang memakan harta warisan dengan campur aduk dan tidak membantu orang-orang miskin, sedang pada surat Al-Balad dijelaskan penggunaan harta yang terpuji di sisi Allah yaitu memerdekakan hamba sahaya, memberi makan anak yatim dan anak-anak miskin.

2.      Pada akhir surat Al-Fajr manusia dibagi kepada ahli neraka dan ahli surga. Sedang pada akhir surat Al-Balad disebutkan bahwa manusia dibagi kepada golongan kanan dan golongan kiri.

(1) Malam sepuluh itu ialah malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan. Dan ada pula yang mengatakan sepuluh yang pertama dari bulan Muharram termasuk di dalamnya hari Asyura. Ada pula yang mengatakan bahwa malam sepuluh itu ialah sepuluh malam pertama pada bulan Zulhijjah.↩

(2) Iram ialah ibu kota kaum ’Aad.↩

(3) Lembah ini terletak di bagian utara jazirah Arab antara kota Madinah dan Syam. Mereka memotong-motong batu gunung untuk membangun gedung-gedung tempat tinggal mereka dan ada pula yang melubangi gunung-gunung untuk tempat tinggal mereka dan tempat berlindung.↩

(4) Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliayaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.↩

(5) Yang dimaksud dengan “tidak memuliakan anak yatim” ialah tidak memberikan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya. ↩

(6) Maksudnya: kekerasan azab Allah sesuai dengan keadilan-Nya. ↩

https://abihumaid.wordpress.com/

0 komentar:

Posting Komentar