Tata Cara Puasa
Adik-adik, kakak akan
sampaikan inti pembahasan kita, yaitu tata cara berpuasa. Perhatikan ya!
Kita mulai dengan membahas niat.
Kita mulai dengan membahas niat.
1. NIAT
UNTUK PUASA
Sebelum
melaksanakan puasa, kita wajib berniat terlebih dahulu. Puasa kita niatkan
sebelum terbit fajar, berdasarkan hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallam
((مَنْ لَمْ يُجْمَعِ الصِّيَامَ
قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ))
“Barangsiapa yang tidak niat
untuk melakukan puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya”
Khusus untuk puasa yang sunnah,
kita boleh berniat puasa setelah fajar terbit apabila sebelumnya kita belum
makan. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang ke ‘Aisyah pada
selain bulan Romadhon, kemudian beliau bersabda:
((هَلْ عِنْدَكُمْ غَدَاَءٌ ؟ وَ
إِلاَّ فَإِنِّي صَائِمٌ ))
“Apakah engkau punya santapan
siang? Maka jika tidak ada aku akan berpuasa” (HR. Muslim).
2.
WAKTU PUASA
Puasa dimulai dari terbitnya
fajar hingga hilangnya siang dengan datangnya malam, dengan kata lain hilangnya
bundaran matahari di ufuk.
Dalilnya adalah:
[وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ
اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ]
Dan makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam (Al-Baqarah: 187)
3.
SAHUR
Adik-adik, hendaknya sebelum
melaksanakan ibadah puasa, kita makan sahur terlebih dahulu. Kita disunahkan
untuk mengakhirkan makan sahur sesaat menjelang tibanya waktu subuh. Dalilnya
adalah hadits Anas bin Malik berikut:
“Kami makan sahur bersama
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau shalat” Aku tanyakan
(kata Anas), “Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?” Zaid menjawab,
“Kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Makan sahur yang diperintahkan
oleh Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memiliki beberapa hikmah, antara
lain:
1. Membedakan
puasa kita dengan puasanya Ahul Kitab (orang Yahudi dan Nashoro):
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا
وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ، أكْلَةُ السَّحَرِ))
“Pembeda antara puasa kita
dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur” (HR. Muslim)
2. Makan Sahur adalah Barokah
Rosulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
(( تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي
السُّحُوْرِ بَرَكَةً ))
“Makan sahurlah kalian karena
dalam sahur ada barakah” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
Dengan makan sahur, berarti
kita telah mengikuti sunnahnya Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Selain
itu, sahur juga akan menguatkan badan, menambah semangat, serta membuat puasa
menjadi lebih ringan.
Adik-adikku
sayang, sebagian kaum muslimin memiliki kebiasaan yang jelek ketika sahur.
Mereka biasanya melakukan sahur dalam waktu yang lama sebelum subuh tiba,
kemudian tidur lagi sampai subuh berlalu. Ini mengakibatkan mereka jatuh kepada
beberapa kesalahan:
1. Berpuasa sebelum waktunya
2. Meninggalkan shalat jamaah
3. Terkadang karena tidurnya terlalu nyenyak, mereka bangun kesiangan dan kehilangan sholat sama sekali
1. Berpuasa sebelum waktunya
2. Meninggalkan shalat jamaah
3. Terkadang karena tidurnya terlalu nyenyak, mereka bangun kesiangan dan kehilangan sholat sama sekali
Oleh karena itu hendaknya waktu
sahur kita akhirkan dan sebaiknya setelah sahur, kita jangan tidur lagi.
Persiapkanlah diri kita untuk shalat subuh yang akan segera tiba.
4.
PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA
Adik-adik, barokallahu fiikum.
Kalian harus mengetahui perkara-perkara yang bisa membatalkan puasa. Di antara
perkara-perkara tersebut kita adalah:
1.
Makan dan Minum
Apabila kita makan atau minum di siang hari sewaktu puasa, maka puasa kita batal. Kecuali jika kita lupa sedang puasa, maka makan dan minum itu tidaklah membatalkan puasa kita. Kita bisa melanjutkan puasa kita secara sempurna.
Apabila kita makan atau minum di siang hari sewaktu puasa, maka puasa kita batal. Kecuali jika kita lupa sedang puasa, maka makan dan minum itu tidaklah membatalkan puasa kita. Kita bisa melanjutkan puasa kita secara sempurna.
Dalilnya adalah hadits
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam,
(( مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمّ،
فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ، فَلْيَتِمْ صَوْمَهُ. فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ))
“Jika seseorang lupa ketika ia
berpuasa, lalu dia makan dan minum, maka hendaklah menyempurnakan puasanya,
karena sesungguhnya Allah yang memberinya makan dan minum.” (HR. Al-Bukhori dan
Muslim).
2.
Muntah dengan Sengaja
Muntah dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam:
Muntah dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam:
(( مَنْ ذَرَعَهُ قَيْءٌ وَهُوَ
صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقَضِ ))
“Barangsiapa yang terpaksa
muntah, maka tidak wajib baginya untuk mengqadha (mengganti) puasanya, dan
barangsiapa muntah dengan sengaja, maka wajib baginya mengqadha puasanya”.
Sebenarnya ada beberapa hal
lain yang bisa membatalkan puasa. Insya Allah kalian bisa mempelajarinya ketika
kalian beranjak dewasa.
5.
PERKARA YANG WAJIB DITINGGALKAN KETIKA PUASA
Adik-adik, selain menjaga mulut
kita dari makan dan minum, ketika berpuasa kita juga harus menjaga mulut kita
dari berkata-kata kotor, keji dan dusta. Perbuatan ini memang tidak boleh kita
lakukan baik di ketika berpuasa ataupun tidak. Namun hal ini lebih ditekankan
lagi apabila kita sedang berpuasa.
Rosulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
(( مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ
الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ
وَشَرَابَهُ))
“Barangsiapa yang tidak
meninggalkan perkataan dusta dan melakukannya, maka Allah Azza wa Jalla
tidaklah butuh atas perbuatannya meninggalkan makan dan minum” (HR. Al-Bukhori)
(( لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ
اْلأَكْلِ وَالشَّرَبِ إِنَّمَا الصَّيَامَ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ فَإِنْ
سَابَكَ أَحَدٌ اَوْجَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ , إِنِّي صَائِمٌ ))
“Puasa bukanlah dari makan,
minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji.
Jika ada orang yang mencelamu atau tidak mengetahui perkaramu, maka,
katakanlah: Aku sedang puasa, aku sedang puasa”
Oleh karena itu, jagalah
lisanmu dari berkata-kata yang kotor, keji dan dusta agar puasamu tidak
sia-sia, sebagaimana sabda Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam,
(( وَرُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ
صِيَامِهِ الْجُوْعِ وَالْعَطَشِ ))
“Berapa
banyak orang yang puasa, bagian dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)”
6. YANG BOLEH DILAKUKAN KETIKA PUASA
6. YANG BOLEH DILAKUKAN KETIKA PUASA
1.
Bersiwak
Kalian tahu siwak kan? Siwak itu kayu berukuran kecil yang dipergunakan untuk membersihkan gigi. Ketika sedang berpuasa, kita boleh mempergunakannya untuk membersihkan gigi kita, terutama ketika akan sholat.
Kalian tahu siwak kan? Siwak itu kayu berukuran kecil yang dipergunakan untuk membersihkan gigi. Ketika sedang berpuasa, kita boleh mempergunakannya untuk membersihkan gigi kita, terutama ketika akan sholat.
Rosulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda
(( لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى
أُمَّتِي َلأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوِاكِ عِنْدَ كُلَّ صَلاَةٍ))
“Seandainya tidak memberatkan
umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali akan sholat” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim).
2.
Berkumur dan Istinsyaq (Memasukkan Air ke dalam Hidung ketika Berwudhu)
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh di dalam melakukan istinsyaq. Namun beliau melarang untuk berlebih-lebihan apabila sedang berpuasa. Beliau bersabda,
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh di dalam melakukan istinsyaq. Namun beliau melarang untuk berlebih-lebihan apabila sedang berpuasa. Beliau bersabda,
((وَبَالِغْ فِي
اْلإِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِماً))
“Bersungguh-sungguhlah dalam
beristinsyaq kecuali dalam keadaan puasa”
3.
Mengguyurkan Air ke Atas Kepala karena Panas atau Haus
Apabila kita merasa kepanasan atau haus, maka kita diperbolehkan untuk mengguyurkan air ke kepala kita. Dalilnya adalah hadits,
Apabila kita merasa kepanasan atau haus, maka kita diperbolehkan untuk mengguyurkan air ke kepala kita. Dalilnya adalah hadits,
يَصُبُّ الْمَاءَ عَلَى رَأْسِهِ وَهُوَ صَائِمٌ
مِنَ الْعَطْشِ أَوْ مِنَ الْحَرِّeكَانَ
رَسُوْلُ اللهِ
Rosulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallam mengguyurkan air ke kepalanya dalam keadaan puasa karena haus atau
kepanasan.
7.
BERBUKA PUASA
Ketika matahari telah terbenam
dan malam hari pun tiba, kita sudah diperbolehkan untuk makan dan minum. Bahkan
kita dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa. Rosulullah shollallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
(( لاَ يَزَالُ النَّاسُ
بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ ))
“Senantiasa manusia berada di
dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Berbukalah
dengan Buah Kurma
Pada saat berbuka, kita disunnahkan untuk membatalkan puasa kita dengan kurma, baik yang basah maupun yang kering. Namun apabila tidak ada, maka kita berbuka dengan air sebagaimana kebiasaan Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu pernah bercerita,
Pada saat berbuka, kita disunnahkan untuk membatalkan puasa kita dengan kurma, baik yang basah maupun yang kering. Namun apabila tidak ada, maka kita berbuka dengan air sebagaimana kebiasaan Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu pernah bercerita,
كاَنَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ
قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ رُطَبَاتٍ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ
لَمْ يَكُنْ حَسَى حَسَوَاتٍ مِنَ مَاءٍ
“Rosulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthob) sebelum sholat. Apabila tidak ada
yang basah, maka beliau berbuka dengan kurma kering (tamr). Jika tidak ada
juga, maka beliau minum dengan satu tegukan air”
Setelah berbuka (membatalkan
puasa) secukupnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk shalat maghrib.
0 komentar:
Posting Komentar