Satu permainan tradisional yang biasanya untuk mengisi acara-acara dalam keramaian atau perayaan-perayaan tertentu. Umumnya diadakan pada siang atau sore hari. Posisi semacam ini ternyata tidak berubah dari sejak zaman Belanda hingga zaman sekarang ini. Sebagai acara pengiring, sifatnya tidak begitu ritual melainkan lebih untuk memeriahkan suasana gembira, baik perayaan-perayaan di kalangan orang dewasa maupun kanak-kanak.
Di kampung-kampung, di sekolah sekolah dasar, pada zaman dahulu tatkala diadakan perayaan-perayaan, anak atau pun murid-murid beramai-ramai memainkan "balap karung". Mereka umumnya laki-laki sekitar umur 6-12 tahun. Kadang-kadang orang dewasa ikut serta tapi bersifat sebagai penggembira saja, tidak sebagai peserta penuh. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kelompok masyarakat. Sebagai suatu hiburan, unsur yang menonjol adalah kompetisi, kelucuan dan kemeriahan. Biasanya yang menang, karena ada panitia, akan diberi hadiah tertentu betapapun sederhana. Dalam proses berbalap terjadi kelucuan-kelucuan karena tingkah laku pengikut yang mengalami kesulitan dalam lari terburu-buru dalam karung, memuncak bila ada yang jatuh tunggang langgang dan bangun lagi, maka para penonton bersorak sorai dan tertawa terbahak-bahak.
Pada mulanya "balap karung" agak terbatas kalangannya, di perayaan-perayaan dan di lingkungan tertentu, misalnya di sekolah, kampung ataupun lapangan umum. Tapi selanjutnya, di kantor-kantor pun dapat dilihat pula dengan peserta meliputi orang· orang dewasa, wanita maupun laki-laki, pegawai, mahasiswa dan sebagainya. Arena yang dibutuhkan memanjang sekitar 20 meter dan lebar 3-4 meter yang dibagi menjadi 4 atau 5 jalur, menyediakan karung-karung beras dan dimasuki anak ataupun orang dewasa. Kadang-kadang ada yang kekecilan ada juga yang terlalu besar, ada yang setinggi perut atau dada. Jadi tergantung tingginya peserta maupun panjangnya karung. Balapan karung tersebut tidak perlu diiringi musik atau bunyi-bunyian lain, kecuali sorak sorai penonton saja.
Cara berbalapnya, bebas asal tetap dalam karung. Ada yang meloncat-loncat dengan dua kaki, melangkah pelan-pelan, atau lari biasa. Yang paling sering digunakan adalah cara meloncat-loncat. Jatuh adalah soal biasa, cepat bangun lagi melanjutkan sampai di garis akhir. Antara peserta tidak boleh saling menubruk atau menghalangl lawan. Karena sifatnya lebih menonjolkan kelucuannya, meskipun bertanding antara peserta terjadi saling mentertawakan sambil berusaha sekuat tenaga untuk menang. Untuk mulai pertandingan, ada yang menjadi wasit di garis akhir, hasilnya panitialah yang memperhitungkan.
http://www.jakarta.go.id/
0 komentar:
Posting Komentar