Abu Umamah Al-Bahili, demikian panggilan popular sahabat ini. Panggilan ini
(kun-yah) mengalahkan ketenaran nama aslinya. Terlahir dengan nama Shudai bin
Ajlan, dari suku Bahilah. Termasuk sahabat yang banyak memiliki riwayat dari
Nabishalallahu ‘alaihi wa sallam. Wafat pada tahun 81 atau 86 H.
Dakwah di Kampung Halaman
Tugas
dakwah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi tanggungan di
pundaknya. Ia didelegasikan untuk menyeru kaumnya sendiri, orang-orang yang
masih terkait hubungan darah dengannya. Imam Ath-Thabrani meriwayatkan misi
dakwah Abu Umamah di kampung halamannya, suku Bahilah. Ia menuturkan,
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam mengutusku (untuk berdakwah) kepada kaumku, suku
Bahilah. Sesampai di sana aku dalam keadaan lapar. Saat itu, mereka sedang
menyantap makanan. Namun mereka menyatap makanan yang terbuat dari darah.
Mereka menghormati diriku dengan menyambut kedatanganku;
“Selamat
datang wahai Shudai bin Ajlan. Kami dengar engkau telah keluar dari agama nenek
moyang untuk mengikuti laki-laki itu (Muhammad shalallahu ‘alaihi wa
sallam).”
“Bukan
seperti itu. Aku hanya beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Ia pula mengutusku
untuk menawarkan Islam dan syariat kepada kalian.” Jawab Abu Umamah radhiallahu’anhu.
Mereka
malah mempersilakan aku untuk bersantap bersama menikmati hidangan dari darah,
“Kemarilah, makan (bersama kami).”
“Celaka
kalian. Aku datang untuk melarang kalian dari ini (makan darah). Aku adalah
utusan dari Rasulullahshalallahu ‘alaihi wa sallam agar kalian mau
mengimani beliau.” Terang Abu Umamah.
Mulailah
Abu Umamah radhiallahu’anhu mendakwahi dan menyeru mereka untuk
memeluk Islam. Akan tetapi, mereka mendustakan dan membentaknya. “Bisa saya
minta sedikit air, aku haus sekali.” Kata Abu Umamah meminta.
Akan
tetapi mereka menolaknya dan mengatakan, “Tidak, kami akan membiarkan engkau
mati kehausan!” sergah mereka.
Dalam
keadaan lapar dan haus yang menjerat, Abu Umamah beranjak dari sisi mereka. Ia
bersedih hati. Kain imamah ia tutupkan ke kepalanya. Kemudian tertidur meskipun
dalam keadaan cuaca yang sangat panas itu. Dalam tidurnya, ia bermimpi disodori
minuman dari susu, tidak pernah ada susu yang lebih lezat darinya. Ia
meminumnya sampai kenyang sehingga perutnya tampak penuh.
Setelah
perlakuan kasar yang ditujukan kepada Abu Umamah, orang-orang di sukunya
berkata (karena menyesal), “Seorang lelaki dari tokoh dan pembesar suku datang,
tapi kalian mencampakkannya. Cari dan berilah ia makan dan minum yang ia
inginkan.”
Kemudian
mereka mendatangi Abu Umamah radhiallahu’anhu dengan membawa makanan.
Beliau menyambut kedatangan mereka sambil mengatakan, “Aku sudah tidak butuh
lagi makanan dan minuman dari kalian. Allah ‘Azza wa Jalla telah
memberi makan dan minuman kepadaku. Lihatlah kondisiku sekarang.”
Beliau
perlihatkan perutnya yang penuh. Mereka melihatnya dan akhirnya beriman kepada
apa yang Abu Umamah dakwahkan dari sunah Rasul shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Semuanya pun beriman kepada Allah dan rasul-Nya.
Pelajaran dari Kisah:
Seorang
dai harus memberi perhatian kepada keluarga terdekat dalam dakwahnya, sebelum
mengalihkan perhatian kepada komunitas lain.
Seorang
dai tidak boleh ikut serta dalam perbuatan haram yang dilakukan oleh
masyarakat.
Allah ‘Azza
wa Jalla menolong para hamba yang berjuang di jalan-Nya.
Sumber: Majalah
As-Sunnah, edisi 12, Th. XIII
Artikel www.KisahMuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar