Jangan Marah, Jangan Marah, Jangan Marah !


Seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Berilah aku wasiat.” Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Engkau jangan marah.” 
Orang itu mengulagi permintaannya hingga beberapa kali, sedang Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Engkau jangan marah.” (HR Al-Bukhari).
Tahukah teman-teman, mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terus mengulang wasiatnya “Engkau jangan marah” meskipun  orang itu bertanya berulang kali? 
Para ulama menjelaskan bahwa wasiat itu menunjukkan bahwa kemarahan itu dapat menimbulkan keburukan yang sangat banyak. Sebaliknya orang yang menahan diri dari kemarahan akan mendatangkan banyak kebaikan.
Kok bisa begitu?
Sifat pemarah itu adalah sifat yang sangat tercela yang dilarang dalam ajaran Islam. Bahkan agama Islam memperingatkan kita dengan peringatan yang sangat keras 
Marah itu apa sih? Kenapa orang bisa marah?
Marah adalah bergejolaknya darah di hati untuk menolak gangguan yang dikhawatirkan akan terjadi atau karena ingin balas dendam kepada orang yang menimpakan gangguan kepadanya.
Tahukah teman-teman, bahwa akibat dari kemarahan yang tidak terkendali itu, akan muncul banyak perbuatan dan perkataan yang tercela yang bisa menimbulkan permusuhan, pemukulan, kedzaliman, 
dan keburukan lainnya. Pada saat marah orang juga bisa mengeluarkan perkataan yang buruk seperti mencanci dan memaki yang akan disesali pada akhirnya.
Ada anak-anak yang jika marah dia melempar semua mainannya. Ketika kemarahannya reda, diapun menyesal, mainannya telah rusak akibat ulahnya sendiri. Ada juga yang ketika marah memukul adiknya dengan keras sehingga adiknya terluka.
Penyesalannya pun tidak dapat menyembuhkan luka adiknya. Ada juga yang ketika marah mendzalimi temannya, akhirnya dia pun bermusuhan 
dengan temannya.
Teman-teman, syaithan itu ada bersama orang yang 
sedang marah. Ketika kita marah, maka syaithan akan 
terus memanas-manasi, untuk menjerumuskan kita pada keburukan yang banyak, karena orang yang sedang marah itu cenderung untuk lupa diri. 
Hayoo... Siapa yang mau berteman dengan syaithan....??
Ingatlah, orang yang marah itu bukan jagoan, bukan pemberani ataupun orang hebat. Tapi orang yang kuat dan jagoan itu, adalah orang yang dapat menahan dirinya ketikamarah, padahal dia dapat melampiaskannya.
Para ulama mengatakan bahwa kemarahan itu kunci dari segala keburukan. 
Ada juga yang mengatakan awal dari kemarahan adalah gila, dan akhir dari kemarahan adalah penyesalan. Karena orang yang marah itu seperti orang gila, menyerang apa saja yang ada di dekatnya, dan mengeluarkan kata kata tanpa memikirkan akibatnya. Dan akhirnya dia menyesali apa-apa yang telah dilakukan dan dikatakannya. Di antara teman-teman pasti tidak ada yang mau dikatakan gila bukan? Dan pasti tidak ada pula yang mau berteman dengan syaithan.
Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang kita untuk marah, berarti bahwa Nabi memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia berupa sifat pemaaf,   sabar dan menahan diri dari gangguan orang lain, serta melarang kita untuk melampiaskan kemarahan meskipun kita mampu.
Ya, bersabar dan memberi maaf itu lebih baik, karena Allah berfirman dalam al-Qur’an:
(Artinya): “....dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS Asy Syura 37)
Dan  Allah Juga berfirman, yang artinya:
“...dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Al-Imran : 134).
Maraji: Jamiul Ulum wal-Hikam (id) oleh Ibnu Rajab al-Hambali, hadits ke-16).
(Sumber: Jurnal Muslim Kecil/Safar 1433H)

0 komentar:

Posting Komentar