Kawan-kawan, sebentar lagi kita akan merayakan hari raya kita yang kedua, yaitu hari Iedul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Hari raya itu juga disebut hari raya haji, karena pada saat itu kaum Muslimin berkumpul di Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Dinamakan juga hari raya qurban, karena pada hari-hari itu kaum Muslimin memotong hewan qurban, sampai dengan tanggal 13 Dzulhijjah. Pada hari- hari itu kaum Muslimin banyak bertakbir. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Nah, sekarang kita akan menyimak kisah qurban yang menakjubkan, dari keluarga Ibrahim alaihissalam
Telah dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.
“Rabbi habli mina shalikhin”
Kemudian Allah memberikan kepadanya kabar gembira akan lahirnya seorang anak yang sabar. Dialah Ismail, yang dilahirkan oleh Hajar.
Menurut para ahli sejarah, Nabi Ismail lahir ketika Nabi Ibrahim berusia 86 tahun. Wallahu a’lam.
Nabi Ibrahim kemudian membawa Hajar dan Ismail, yang waktu masih bayi dan menyusu pada ibunya, ke Makkah. Pada saat itu di Makkah tidak ada seorang pun dan tidak ada air. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka disana beserta geribah yang di dalamnya terdapat kurma serta bejana kulit yang berisi air.
Setelah itu Nabi Ibrahim berangkat dan diikuti oleh Hajar seraya berkata:
"Wahai Ibrahim kemana engkau hendak pergi, apakah engkau akan meninggalkan kami sedang dilembah ini tidak terdapat seorang manusiapun dan tidak pula makanan apapun ?"
Pertanyaan itu diucapkan berkali-kali, namun Nabi Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar berkata kepadanya:
“Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?”
“Ya.” Jawab Nabi Ibrahim
“Kalau begitu kami tidak disia-siakan.” Dan setelah itu Hajar pun kembali.
Ibrahim pun berangkat sehingga ketika telah jauh sampai di Tsamiyah, beliau pun menghadapkan wajahnya ke Baitullah dan berdoa:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim [14] : 37)
Dan Hajar pun menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia. Sehingga ketika air yang ada dalam bejana sudah habis, maka ia dan puteranya pun merasa haus. Lalu Hajar melihat puteranya merengek-rengek. Kemudian ia
pergi dan tidak tega melihat anaknya tersebut. Maka ia mendapatkan Shafa merupakan bukit yang terdekat dengannya.Lalu ia berdiri di atas bukit itu dan menghadap lembah sembari melihat-lihat adakah orang di sana,tetapi
ia tidak mendapatkan seorangpun disana.
Setelah itu ia turun kembali dari Shafa dengan susah payah sehingga sampai di lembah. Lalu ia mendatangi bukit Marwah lalu berdiri disana seraya melihat-lihat adakah orang disana.Namun ia tidak mendapatkan seorangpun disana. Ia lakukan itu, berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Tahukah kalian teman-teman? Perbuatan Ibunda Nabi Ismail -lah yang diabadikan sebagai salah satu bagian dari ibadah haji, yaitu sa’i (berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah).
Setelah mendekati Marwah ia mendengar sebuah suara. Ia pun berkata, “Diam!” Maksudnya untuk dirinya sendiri. Kemudian ia berusaha mendengar lagi hingga ia pun mendengarnya.
“Engkau telah memperdengarkan. Adakah engkau dapat menolong?”
Tiba-tiba ia mendapati Malaikat di dekat sumber air Zamzam. Kemudian Malaikat itu menggali tanah dengan tumitnya sehingga muncullah air. Selanjutnya Ibunda Ismail membendung air dengan tangannya dan menciduknya dan air bertambah deras.
Nabi Muhammad bersabda:
“Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail, jika saja ia membiarkan Zamzam – atau Beliau berkata: "seandainya dia tidak menciduk airnya- niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir.”
Begitulah teman-teman, akhirnya Zamzam menjadi sebuah sumur yang airnya tidak pernah kering sampai sekarang.
Kemudian ibunda Ismail minum dari air itu dan menyusui anaknya. Lalu suatu ketika lewatlah suku Bani Jurhum. Mereka melihat burung berputar-putar di angkasa. Lalu mereka pun berkata: “Burung itu pasti mengitari air, karena kita mengenal lembah ini tidak ada air.”
Lalu mereka pun mengirim utusan, dan ternyata utusan itu menemukan air. Akhirnya mereka kemudian mendatangi tempat itu, dan bertanya kepada Ibunda Ismail:
“Apakah engkau mengizinkan kami untuk singgah disini? “
“Ya, tetapi kalian tidak berhak atas air ini.” Jawab Ibu Ismail.
Mereka pun menjawab: “Baiklah.”
Maka ibunda Ismail pun menerima mereka karena ia membutuhkan teman.
Selanjutnya mereka pun singgah disana dan mengirimkan utusan kepada keluarga mereka, hingga keluarga mereka pun menetap disana. Lalu mulailah berdiri beberapa rumah.
Bayi Ismail tumbuh menjadi besar dan belajar Bahasa Arab di kalangan Bani Jurhum. Hingga pada suatu hari, ayahnya, Nabi Ibrahim datang menjumpainya.
Allah mengisahkannya di dalam Al-Qur’an:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" (QS Ash-Shafaat [37] : 102)
Nabi Ibrahim datang menjumpai anaknya untuk menyampaikan perintah Allah agar menyembelihnya. Bisakah kalian bayangkan teman-teman? Setelah menunggu bertahun-tahun, Nabi Ibrahim baru dikaruniai anak di usia tuanya. Lalu beliau diperintahkan untuk meninggalkan anak dan isterinya di suatu tempat asing yang jauh darinya dan tidak berpenghuni.
Meskipun sangat besar kecintaan beliau kepada keluarganya, namun beliau seorang yang teguh dan taat terhadap perintah Allah. Tidak sedikitpun beliau bergeming, bahkan bersegera ketika Allah memerintahkannya.
Nabi Ibrahim memberitakan mimpinya tersebut kepada anaknya agar hal itu menjadi lebih ringan baginya, sekaligus untuk menguji kesabaran, ketangguhan dan kemauan kerasnya ketika masih kecil untuk taat kepada
Allah sekaligus taat kepada ayahnya.
Lalu apa jawab Nabi Ismail ? Apakah ia takut dan melarikan diri? Apakah ia menjadi marah kepada ayahnya? Tidak!
Sebaliknya, Beliau menunjukkan baktinya kepada ayahnya tercinta dengan menuruti permintaan ayahnya dalam menjalankan ketaatan kepada Allah!
Allahu Akbar!
Nabi Ismail pun menjawab:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS Ash-Shafaat [37] : 102)
Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliu berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu.
Sungguh mulia sifat Nabi Ismail. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quraan. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam [19] : 54)
Allah melanjutkan kisahnya di dalam Al-Qur’an:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).”
Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap
menaati perintah ayahnya.
Lalu ketika hendak menyembeli Nabi Ismail, Allah memanggil Nabi Ibrahim: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
(QS Ash-Shafaat [37] : 104:107)
Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu.
Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk
serta diikat dengan rumput samurah. Wallahu a’lam.
Demikianlah, Allah membalas ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah Allah dengan memberi pahala di sisi-Nya, dan kelapangan serta jalan keluar dari kesulitan mereka. (bam)
0 komentar:
Posting Komentar